[REVIEW] Cibaku Card Game : Jangan Ragu Berteriak Tolong!
Anak merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga dan dilindungi dari hal-hal yang bersifat merusak baik dari segi fisik maupun psikologis anak. Realitanya, di Indonesia banyak sekali masalah yang berhubungan dengan anak dan salah satunya adalah pelecehan seksual.
Data yang diperoleh dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia kasus korban kekerasan seksual pada anak tercatat sebanyak 3.112 kasus selama 5 tahun terakhir (KPAI, 2016). Berdasarkan kondisi inilah kami mencoba untuk mencari sebuah solusi. Secara garis besar solusi terbagi menjadi dua cara yakni penindakan dan pencegahan. Kami mengambil fokus pada solusi pencegahan. Anak perlu dilibatkan dalam proses pencegahan melalui pengajaran mengenali, menolak dan melaporkan (Noviana, 2015).
Solusi pencegahan dapat dilakukan dengan mengenalkan bentuk-bentuk pelecehan dan kekerasan seksual beserta solusi yang dapat dilakukan melalui sebuah media permainan. Media yang digunakan adalah permainan kartu (card game) karena untuk menyesuaikan pola perkembangan kognitif anak ketika mencerna informasi baru melalui persepsi, sensasi dan atensi mereka untuk kemudian menyimpannya dalam memory yang sewaktu-waktu dapat dipanggil kembali menjadi bentuk perilaku.
Permainan kartu ini kami wujudkan dalam CIBAKU (Cintai Badanku). Cibaku adalah rangakain permainan kartu yang terdiri dari 3 jenis kartu yakni reward, solution dan problem. Anak akan diminta untuk mencocokkan antara masalah yang ditemuinya di dalam ilustrasi kartu solusi. Jika anak berhasil mencocokkan maka akan diberikan reward. Sistem permainannya pun dibuat sangat sederhana dengan mekanisme adu cepat membunyikan bel. Selain itu, pada permainan ini juga diberikan twisting berupa penyebutan secara lantang (berteriak) kata tolong untuk melatih anak jika menghadapi suatu masalah.
Dalam permainan ini anak akan diajakan merasakan suatu sistem simulasi. Simulasi ini berupa pengalaman sebuah peristiwa tertentu dan anak dituntut untuk bertindak dan mencari solusi terbaik. Pada kartu problem terdapat ilustrasi tentang pelecehan seksual yang dibagi menjadi pelecehan fisik dan verbal.
Pada Jumat 16 Desember 2016, kami berkesempatan untuk menguji permainan ini di SDN 11 Tebet Timur. Rentang usia anak yang diuji adalah 9 hingga 12 tahun. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan jumlah responden 27 siswa yang terdiri dari kelas 4 sampai kelas 6 SD. Pengujian diawali dengan pretest dengan mengajukan beberapa butir pertanyaan alat ukur. Lalu dilanjutkan dengan bermain yang dibagi menjadi beberapa kelompok. Setelah selesai bermain kemuadian dilakukan postest dengan mengajukan pertanyaan yang sama pada pretest.
Berdasarkan hasil analisa terlihat bahwa ada peningkatan nilai rata-rata pengetahuan pada anak yang diujikan. Pada anak laki-laki terjadi peningkatan nilai rata-rata dari 8.62 menjadi 10.54. Sedangkan pada perempuan dari nilai 8.72 menjadi 9.72. Jika berdasarkan usia, nilai rata-rata setiap rentang usia mengalami peningkatan dari pretest ke hasil posttest.
Diharapkan kedepannya Cibaku mampu memberikan sumbangsih dalam meningkatkan pengetahuan anak tentang pelecehan seksual. Sehingga anak akan menjadi lebih waspada dan angka pelecehan dan kekerasan seksual pada anak akan menurun.
Leave a Reply